Senin, 19 Juli 2010

UNTITTLED


kadang saya bertanya “apa siy tujuan manusia hidup di dunia?”
beberapa orang bilang karena ingin meraih kejayaan setinggi tingginya
sebagian yang berbau religius bilang untuk menjadi khalifah di bumi tuhan
beberapa orang yang ga mau pusing bilang ‘‘kaga tau, emang udah dari sononya ya jalanin aja’’
ada juga yang kesannya agak bijak ngejawab “untuk berbuat baik kepada sesama umat manusia”


jika pertanyaan itu ditanyakan kepada saya haqul yakin saya pun mungkin hanya cengar cengir angkat bahu atau tersenyum manis mengkombinasikan semua jawaban di atas tanpa banyak berpikir nyambung apa ngga itu jawaban. Ya biarin dey saya dan tuhan yang tahu jawabnya (tipikal orang ngga mau mikir susah)


berbicara tentang kebaikan saya jadi inget salah satu teman saya yang sering bilang kalo saya ‘baik’ banget karena sering dengerin curhat dia dan kadang kasih kata-kata yang buat dia menghibur atau memotivasi (kata dia lho, suerr…bukan kata saya)


Seorang perempuan tetangga saya yang usianya separuh baya dan sudah saya anggap seperti orang tua sendiri juga bilang saya ‘baik’ karena katanya saya sabar dan jarang marah atau mengeluh dalam menyikapi suatu permasalahan yang ada sekalipun kadang ‘dikecewain’ sama orang (lagi lagi ini bukan kata saya…Cuma menuliskan ulang perkataannya)


ada lagi teman yang klo menurut saya dia itu orang yang emang ‘baik’ tapi masih juga ‘menuduh’ saya dengan sebutan orang ‘baik’ karena saya apa adanya, mau mencoba mengerti orang lain (ditambahin kata-kata ‘istiqomah’ sama teman saya itu yang artinya saya masih kurang paham tapi ngangguk2 aja biar dia ngga sakit hati) tidak rese dan usil dengan urusan orang lain (aahh..ini pun katanya)


dan banyak lagi ‘katanya-katanya’ yang lain dari orang-orang yang pernah dan mungkin masih ada di sekitar saya sejak saya mulai bisa ‘meraba’ dunia yang tidak saya sebutkan satu-satu di sini karena saya takut benar-benar berkeyakinan bahwa saya itu memang orang ‘baik’.


kakak laki-laki saya sering mengeluh dan menurut dia saya tidak ‘baik’ karena sulitnya ia menebak apa yang menjadi pikiran atau yang saya rasakan. Atau tentang kediaman saya sewaktu berhadapan dengan pacarnya. dan dengan pikirannya dia menyimpulkan sendiri tanpa bertanya kepada saya lebih dahulu bahwa saya tidak sopan dan menganggap saya tidak suka dengan pacar kakak saya itu (belum lama kakak saya curhat begitu sama saya, suerrr…saya hanya tertawa geli sekali!!ahh..24 tahun kebersamaan kita sepertinya belum cukup kau kenali aku, kak)


Ibu saya juga bilang kalau diajak lawan bicara jangan mengalihkan atau menundukan mata saya, kata ibu saya itu tidak ‘baik’ dan bisa membuat tersinggung lawan bicara saya. atau ketika dia menganggap saya terlalu ‘tenang dan santai’ ketika beliau merasa seharusnya saya lebih bergerak cepat. dan banyak lagi keluhannya terhadap saya yang klo versi ibu saya itu bukan omelan tetapi nasihatnya sebagai orang tua agar anaknya menjadi anak ‘baik’!hehe…


walaupun saya mendengar beberapa ‘katanya-katanya’ tentang hal yang tidak ‘baik’ dari orang-orang di sekitar tentang diri saya sejak saya mulai bisa ‘meraba’ dunia tapi saya pun tidak mau terlalu memikirkannya karena saya takut benar-benar menjadi berkeyakinan bahwa saya itu memang orang tidak ‘baik’.


namun ada pula cerita lain dibalik ‘baik’ dan tidak ‘baik’ diri saya yang sampai-sampai (mungkin) mengusik rasa orang lain (dan saya mohon maaf jika memang demikian)


Sesosok tubuh yang sering membuat dunia saya seperti terbang dan tenggelam sering mengeluh ketika menurutnya saya menjadi bodoh dan tidak ‘baik’ ketika melakukan sesuatu yang ‘baik’ pula dimatanya. ketika saya dianggapnya mengorbankan banyak waktu membantu pekerjaan orang lain yang menurut dia, orang yang saya bantu itu pun tidak pernah tau berterima kasih dengan semua jerih payah saya.


Entah saya lupa itu adik saya atau bukan, yang jelas seseorang di rumah saya sedikit kesal dengan ‘baik’nya saya ketika saya mengalah memberikan sesuatu yang ingin saya beli kepada pembeli lain karena barang itu hanya tinggal satu.


Ada pula beberapa orang yang merasa saya tidak atau kurang ‘baik’ ketika saya mulai bersikap biasa saja (walaupun definisi kata ‘normal’ atau ‘biasa’ berbeda-beda bagi tiap orang) dengan tidak banyak mengeluarkan entah itu ketidak setujuan, protes atau kemarahan saya akan suatu hal yang mengganggu dan lebih memilih introvert, dimana seharusnya menurut mereka (mungkin) saya harus bersuara dan melakukan hal ‘baik’ lainnya.


Jika saya boleh sedikit ber ‘alibi’, sebagian besar ungkapan2 yang dilontarkan mereka tentang ‘baik’ atau tidak ‘baik’ nya diri saya, sebenarnya selalu ada alasan, jawaban, atau sanggahan dari dalam diri saya tentang semua yang saya lakukan, tapi (mungkin) saya dilahirkan sebagai manusia yang tidak atau belum pandai membahasakan secara verbal jawaban-jawaban saya tersebut kepada orang yang menjadi lawan bicara saya (atau mungkin malas membahasakannya karena seringnya lebih panjang efeknya daripada inti masalahnya???? entahlah…) Dan reaksi yang timbul dari saya biasanya hanya cengar cengir, komentar ala kadarnya atau sedikit mengerutkan kening dan memajukan mulut (manyun) dan kadar tertinggi sepertinya pasang muka serius dan membisu sampai batas waktu yang tidak ditentukan (kalo dibilang orang2 mah mungkin masuk kategori ‘marah’)


aahh…jadi beginilah saya seseorang yang mungkin tidak banyak berarti dalam hidup anda namun pernah atau masih mengisi sebagian kecil hari anda, mungkin seperti madu dan racun, mawar yang harum dengan durinya, hitam dan putihnya, dan dua sisi mata uang kehidupan seorang saya. ‘baik’ dan tidak ‘baik’ saya (mungkin) hanya pikiran-pikiran anda ketika melihat saya dari sudut-sudut tertentu tempat anda berdiri dan mengarahkan pandangan ke arah saya yang bisa jadi itu hanya tipuan mata belaka karena anda tidak ‘berputar’ mengelilingi saya (kalo ini murni menurut saya lho). dan (lagi-lagi) biarlah tuhan yang memutuskan ‘nilai’ komulatif saya.


______^^_______

Tidak ada komentar:

Posting Komentar